Selasa, 05 Februari 2019

Kritik Seni Rupa



Pengertian dan Fungsi Kritik Seni Rupa

 1. Pengertian kritik seni rupa 
Apresiasi atau mengapresiasi karya seni  berati memahami sepenuhnya seluk beluk karya serta peka terhadap segi estetik karya seni. Kegiatan apresiasi dapat juga dikatakan sebagai upaya untuk memahami berbagai hasil karya seni dengan berbagai permasalahannya serta menjadi lebih sensitif terhadap nilai-nilai estetik yang terkandung di dalamnya. Dengan lebih memahami dan menyadari sepenuhnya seluk beluk suatu hasil karya seni serta menjadi lebih peka terhadap segi-segi estetiknya seseorang diharapkan dapat menikmati dan menilai karya seni tersebut dengan semestinya.

Pengertian 'kritik' menurut wikipedia adalah masalah penganalisisan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.  Pengertian kritik dalam seni bukan berarti sebagai kecaman yang menyudutkan hasil karya atau penciptanya. Hampir sama dengan kegiatan apresiasi, kritik seni pada dasarnya adalah kegiatan menanggapi hasil karya seni.

Pelaku kritik disebut kritikus sedangkan pelaku apresiasi disebut apresiator. Perbedaan kritikus dan apresiator yakni, apresiator hanya menikmati karya seni sedangkan kritikus menikmati dan menyampaikan karya seni.

Kritik seni ditujukan untuk mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasi, dan menilai karya seni. Tujuan dari kritik adalah untuk memahami karya seni, dan ingin menemukan suatu cara untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi suatu karya seni dihasilkan, serta memahami apa yang ingin disampaikan oleh pembuatnya, serta memahami apa yang ingin disampaikan oleh pembuatnya, sehingga hasil kritik seni benar-benar maksimal, dan secara nyata dapat menyatakan baik dan buruknya sebuah karya.

Landasan yang harus ada sebelum menyampaikan kritik  :
  1. Pengalaman yang cukup dalam materi kritik
  2. Keilmuan dan pengetahuan yang relevan
  3. Menguasai penerapan metode kritik yang tepat
  4. Menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif)


2. Fungsi kritik seni rupa
Kritik seni rupa berfungsi sebagai jembatan persepsi dan apersepsi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta, karya dan penikmat seni. Kritik seni rupa juga berfungsi sebagai dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun penikmat.

Kritik karya seni tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap karya seni, tetapi juga digunakan sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni. Tanggapan dan penilaian terhadap hasil karya seni yang disampaikan oleh seorang kritikus seni ternama sangat mempengaruhi persepsi penikmat terhadap kualitas karya seni dan bahkan dapat mempengaruhi nilai ekonomis karya seni tersebut.
Dalam dunia pendidikan, kritik seni berfungsi sebagai kegiatan untuk mengevaluasi proses pembelajaran seni. Kekurangan dan kelemahan sebuah karya dapat dijadikan sebagai bahan analisis untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran seni tersebut.
Kritik karya seni rupa memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan maupun dunia seni rupa. Fungsi kritik seni rupa yang paling utama adalah menjembatani apresiasi dan persepsi artistik dan estetik karya seni rupa, antara perupa, karya dan juga penikmat seni. Komunikasi antara karya dengan penikmat seni akan menimbulkan timbal balik antara keduanya. Bagi perupa, fungsi kritik seni adalah untuk mendeteksi kelemahan, membangun kekurangan, serta mengupas kedalaman pada karya seninya. Sedangkan bagi penikmat seni, fungsi kritik seni adalah untuk membantu memahami karya, serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap karya yang berkualitas.




 Jenis Kritik Seni Rupa

1. Jenis kritik seni rupa berdasarkan perbedaan tujuan dan kualitas
Menurut Feldman, jenis kritik berdasarkan perbedaan tujuan dan kualitas dibedakan menjadi empat, yaitu kritik jurnalis, kritik populer, kritik kependidikan, dan kritik keilmuwan. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni tersebut dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat), cara (metode), sudut pandang, sasaran, dan materi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

     a. Kritik Jurnalis (journalistic criticism)
Hasil tanggapan atau penilaian kritik jurnalis disampaikan secara terbuka kepada publik melalui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini menggunakan media massa sehingga juga dapat disebut sebagai kritik tertulis. Hampir sama dengan kritik populer namun ulasan pada kritik jurnalis lebih dalam dan tajam. Karena menggunakan media massa kritik ini bisa sangat cepat memengaruhi presepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, terutama karena sifat dari media massa dalam mengomunikasikan hasil tanggapannya.

Isi dari kritik jurnalistik berupa ulasan ringkasan yang jelas tentang suatu pameran, pementasan, konser, atau jenis pertunjukan lain. 

     b. Kritik Populer (popular criticism)

Kritik seni populer ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis populer ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya. Umumnya digunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam. 

Contoh kritik populer adalah kritik ketika ada pameran, kritikus berhadapan langsung dengan seniman. Kebanyakan dihasilkan oleh para kritikus yang kurang ahli, terutama dilihat dari aspek profesionalisme kritisme seni. 

     c. Kritik Kependidikan (pedagogical criticism)

Jenis kritik pendidikan umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis ini termasuk yang banyak digunakan oleh guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni. Hal yang dijadikan bahan kritik adalah unsur-unsur pada karya seni rupa.

Tujuan utama kritik kependidikan yaitu mengembangkan bakat dan potensi artistik dan estetik peserta didik agar mempunyai kemampuan mengenali bakat dan potensinya.

     d. Kritik Keilmuan (scholarly criticism)

Kritik keilmuan bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan dan kepekaan kritikus yang tinggi untuk menilai/ menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis keilmuan ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan ini seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang. 

Hal yang menjadi bahan kritik adalah berupa konsep suatu karya seni rupa misal makna pada suatu gambar. Kritik ini cenderung menganalisis suatu karya. Penilaian kritik ini tidak bersifat mutlak. Jenis kritik ini bersifat terbuka dan siap dikoreksi oleh siapa saja demi penyempurnaan dan mencari nilai karya seni yang sebenarnya.


 2. Jenis kritik seni rupa berdasarkan titik tolak kependidikan 

Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal pula beberapa bentuk kritik yaitu kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik. 

     a. Kritik Ekspresivistik

Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi, dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya. Dalam kritik ini, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Misal alasan seorang seniman menciptakan karya seni tersebut serta makna yang terdapat pada karya seninya.

     b. Kritik Instrumentalistik

Sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuannya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik, dan psikologi. Pendekatan kritik ini tidak mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni  tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Misalkan  alur atau cerita yang ada pada sebuah karya seni.

Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan. 

     c. Kritik Formalistik

Kajian kritik ditujukan terhadap konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni



Menulis Kritik Seni Rupa


1. Deskripsi
Deskripsi adalah tahapan awal dalam kritik untuk menemukan, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya tanpa melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan dengan baik, kita harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa.

Oleh karena itu, paparannya meliputi uraian mengenai hal-hal yang dipaparkan secara kasat mata. Paparan deskriptif umumnya ditulis sesuai dengan kedaan karya sebagaimana adanya. 

2. Analisis formal
Analisis formal merupakan tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini kita harus memahami unsur-unsur seni dan prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni.  Karena dalam tahapan ini kita perlu menganalisis unsur dan prinsip yang ada pada sebuah karya seni.

3. Interpretasi atau penafsiran
Penafsiran merupakan upaya untuk menjernihkan persoalan di dalam proses mengerti suatu karya, yaitu dengan cara mengungkapkan setiap detail proses interpretasi dengan bahasa yang tepat. Menafsirkan atau menginterpretasi merupakan tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah-masalah yang dikedepankan. Penafsiran ini sifatnya sangat terbuka, dan dipengaruhi sudut pandang dan wawasan. 


Semakin luas wawasan maka semakin kaya interpretasi karya yang dikritisi. Agar wawasan semakin kaya maka harus sebanyak-banyaknya mencari informasi dan membaca khususnya yang berkaitan dengan karya seni rupa. Dalam tahapan ini hal yang perlu dibahas yakni konsep-konsep yang ada pada suatu karya seni.

4. Evaluasi atau penilaian
Apabila tahap mendeskripsikan sampai menafsirkan ini merupakan tahapan yang juga umum digunakan dalam apresiasi karya seni, maka tahap menilai (evaluasi) merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau penilaian merupakan tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap beragam aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks.
Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat kita lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Membandingkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis dengan itu
  2. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang dikritisi
  3. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.
  4. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi sudut pandang tertentu yang melatarbelakanginya.



Kritikus Seni 

Kritikus atau ialah orang yang melakukan kritik terhadap karya seni orang lain atau dirinya sendiri (self-critic). Idealnya seorang kritikus harus memiliki ketajaman dan sensibilitas indera, pikiran dan perasaan. Ketajaman dan sensibilitas tersebut terintegrasi dalam satu kapasitas reasoning dan creative, jika dilandasi :
  1. keilmuan dan pengetahuan yang relevan
  2. pengalaman yang memadai dalam dunia pergaulan materi kritik
  3. menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif)
  4. menguasai aplikasi metoda kritik yang optimal.
Landasan keilmuan  yang relevan akan membantu pekritik dalam mengupas persoalan kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa baik perkembangan seni rupa barat (Western Art) maupun seni rupa Timur (Eastern Art). Ilmu sejarah akan memberikan jalan wawasan tentang waktu dan ruang kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari perkembangan seni rupa di setiap pelosok dunia, maka luas bahan  sebagai dasar pemikiran dan acuan arah komparasi menjadi lebih terbuka.

Selain sejarah seni rupa, wawasan teori seni juga penting dimiliki oleh kritikus. Teori seni meliputi ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, tinjauan seni modern dan kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan memberi pijakan dan memperkokoh konstruksi kritik yang obyektif.

Seorang pekritik seni rupa tidak selalu harus seorang perupa, namun ilmu kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan dalam mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai syarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang pekritik seni rupa. Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah ) hingga fenomena seni rupa masa kini akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya menyelidiki dan membandingkan kekaryaan seni rupa antar berbagai keberadaan seni rupa sangat membantu memperluas dan memperkaya kritik.

Sering dijumpai seorang kritikus seni  memberikan gambaran yang keliru. Hal ini umumnya disebabkan oleh faktor pengalaman, pengetahuan dan wawasan yang kurang memadai.

Media kritik yang utama adalah bahasa. Bahasa pekritik harus efektif dan komunikatif, baik lisan maupun tulisan. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang mengacu pada aspek tata bahasa yang baik dan benar, serta tepat guna, sesuai sasaran publik yang kita tuju. Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran baca/dengar, sesuai dengan tingkat intelektualnya.











Sumber :
Dikutip, Wikipedia. Kritik, (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Kritik, diakses 5 Februari 2019) 
Dikutip, Budayaku, Seni. Pengertian Kritik Seni Rupa, (online), (https://www.senibudayaku.com/2017/03/kritik-seni-rupa-pengertian-jenis-dan-fungsinya.html, diakses 5 Februari 2019) 
Dikutip, Handoko, Seto. Apresiasi Seni, (online), (http://setohandoko.blogspot.com/p/apresiasi-seni.html, diakses 5 Februari 2019) 
Dikutip, Yuksinau. Contoh Kritik Jurnalistik, (online), (http://www.yuksinau.id/kritik-seni-pengertian-jenis-bentuk/#!, diakses 5 Februari 2019) 
Dikutip, Nur, Indah. 2015. Jenis Kritik Seni Rupa Berdasarkan Titik Tolak Kependidikan, (online), (http://kritikseni2.blogspot.com/2015/09/kritik-karya-seni-rupa-a.html, diakses 5 Februari 2019) 
Dikutip, Ningsih, Triayu. 2012. Kritikus Seni, (online), (https://triayuningsih.wordpress.com/2012/03/07/kritikus-seni/, diakses 5 Februari 2019) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar